Aksi Demo "Sadis" Para Mahasiswa YAI

Beberapa waktu lalu, lagi-lagi mahasiswa kita bikin aksi konyol. Kali ini, pelaku aksi konyolnya adalah para mahasiswa YAI. Yo’i, kampus megah ditengah kota yang bersebrangan dengan RSCM itu, lho, sob!

Tuntutan demo mereka sepele, yaitu agar yayasan memberikan kejelasan atas kasus slip pembayaran palsu yang merugikan 1,080 mahasiswa. Mereka juga menuntut rektor UPI YAI agar mundur dari jabatannya, karena dituduh menutupi skandal penipuan terhadap 1,080 mahasiswa.

Saat membaca feed Twitter tentang aksi demo ini, yang langsung kebayang adalah mahasiswa-mahasiswa beringas. Kebayangnya, mereka pake tutup kepala ala ekstrimis Hamas, koar-koar di jalan sambil bakar ban, seperti di foto-foto yang selalu ditampilkan media.

But nope, I was totally wrong!

Sebagian besar pelaku dan orator demo ini adalah mahasiswa-mahasiswi kece, manis, dan tampak innocent!

Mereka memblokade jalan dengan cara meletakan batu di tengah jalan, lalu mereka melakukan orasi dan aksi duduk di tengah jalan.

Keliatannya nggak violent, ya? Tapi akibatnya, sejak demo dimulai pada siang hari, ruas Jl Diponegoro yang hanya satu arah dan digunakan sebagai akses utama menuju RSCM pun lumpuh dan macet total...

... sehingga pasien-pasien yang mau ke RSCM pun terjebak macet, dan terpaksa harus dikeluarkan dari kendaraan (mobil ataupun ambulans) lalu ditandu dengan kasur beroda milik rumah sakit. Ini pasien-pasien dalam kondisi kritis dan butuh penanganan darurat, lho!

Mahasiswa YAI melihat dan menyadari ini, namun mereka tetap santai duduk manis menutup jalan, tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun sampai berjam-jam ke depan.

Padahal RSCM adalah rumah sakit publik milik pemerintah dengan Unit Gawat Darurat (yang kayaknya) ter-sibuk se-Indonesia. Bayangin aja, sebagian besar korban kecelakaan dan musibah yang udah kritis dan nggak mampu ditangani rumah sakit lainnya biasanya 'kan dirujuk ke RSCM... dari seluruh Jakarta!

Kebayang nggak dampaknya bagi pasien-pasien tersebut?

Alhasil, para mahasiswa YAI ini jatuhnya bukan jadi tokoh heroik, ya, malah jadi ngorbanin orang lain.

Bahkan menurut kami, aksi demo ini sudah termasuk kategori kejahatan kemanusiaan, dan seharusnya seluruh pelaku dan provokator demo ini diadili sebagai kriminal.

Bukannya kami lebay, tapi aksi ini bahkan bertentangan dengan hukum perang modern (1949 Geneva Conventions) karena dengan segaja menghalang-halangi pasien kritis untuk mendapatkan perawatan. Sadis!

***

Hei, adik-adik mahasiswa YAI!

Tau nggak, jalanan yang kalian pakai buat demo adalah jalanan umum dan nggak ada sangkut pautnya dengan yayasan kampus kalian?

Tau nggak, Unit Gawat Darurat (UGD) selalu diposisikan di depan rumah sakit mendapat akses khusus untuk percepatan penanganan, karena dalam situasi kritis, waktu sekian detik bisa jadi penentu antara hidup dan mati?

Kebayang nggak, kalau pasien kritis yang terjebak macet sehingga harus ditandu di jalanan tersebut adalah kakak, adik, orang tua dan sahabat kalian?

Di negara lain, anak-anak sudah ditanamkan nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan sejak usia dini. Sehingga setiap saat mendengar sirene polisi, ambulans, atau pemadam kebakaran di jalan, orang-orang reflek langsung berhenti dan meminggirkan kendaraannya, agar kendaraan darurat tersebut bisa lewat.

Sementara di aksi demo YAI, nggak ada concern sama sekali, tuh, dari mahasiswa-mahasiswi yang kece dan manis ini. Gini, nih, yang namanya agen perubahan bangsa?! Uhuk.

Padahal sebuah institusi akademis nggak cuma harus memberikan ilmu eksakta kepada mahasiswanya, lho, tetapi juga nilai-nilai sosial dan budaya terkait dengan etika bermasyarakat dan bernegara. Mudah-mudahan ini cuma refleksi dari kebobrokan sebuah institusi dan yayasan yang akhirnya merembet ke anak didiknya, ya. Uhuk, uhuk.

Ironisnya, aparat dan masyarakat sekitar juga diem aja! Kampus YAI-nya, mah, jangan ditanya, ya. Diem banget.

Cueknya aparat, pihak terkait dan masyarakat sekitar membuat mahasiswa-mahasiswi ini merasa hebat, paling benar, diakui, dan memberikan pembenaran terhadap pelanggaran kemanusiaan mereka. Khawatirnya, lama-lama perilaku ini bisa jadi Megalomania atau Narssistic Personality Disorder. Untuk mencegahnya, kita perlu melakukan aksi kolektif. Kita nggak bisa jadi penonton pasif dan membiarkannya.

Semoga kelakukan ini cuma aksi segelintir oknum ya, dan nggak mencerminkan mahasiswa Indonesia pada umumnya. Semoga.

(sumber gambar: Liputan6.com, Metro TV News)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
User Test | 2 bulan yang lalu

For other uses, see Smiley (disambiguation). Several terms redirect here. For other uses, see Smiley Face (disambiguation) and Happy face (disambiguation). Example of a smiley face An example of an emoticon smiley face (represented using a colon followed by a parenthesis)…

7 Cara Mengetahui Karakter Seseorang yang Sebenarnya dan Sisi Tersembunyi Mereka
User Test | 2 bulan yang lalu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Wajah smiley Smiley (terkadang disebut wajah bahagia atau wajah tersenyum) adalah sebuah representasi khas dari wajah humanoid tersenyum yang merupakan sebuah bagian dari budaya populer di seluruh dunia. Bentuk klasiknya yang dirancang oleh…

5 Trik Gampang Untuk Lebih Berhemat di Mall
John Doe Siap Sekolah | 2 bulan yang lalu

Komentar yang membangun untuk artikel biasanya fokus pada memberikan umpan balik yang positif dan spesifik, serta saran yang dapat membantu penulis meningkatkan kualitas artikelnya. Komentar ini juga harus sopan, konstruktif, dan berfokus pada perbaikan, bukan pada kritik yang merusak. Contoh Komentar…

Kehidupan Sehari-Hari Anak Kostan VS Anak Rumahan
Syahrul Fahmi | 2 bulan yang lalu

Anda tidak dapat mengubah setelan komentar jika: https://support.google.com/youtube/answer/9482556?hl=id Audiens channel atau video ditetapkan sebagai “Dibuat untuk Anak-Anak”. Komentar dinonaktifkan di video yang ditetapkan sebagai Dibuat untuk Anak-Anak. Video disetel ke pribadi. Jika Anda ingin…

Siapa Sangka Sumpit Punya Sejarah, Filosofi, Fungsi, dan Tata Pemakaian yang Seru?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2025 PT Manual Muda Indonesia ©