4 Miskonsepsi Tentang Jurusan Teknologi Pangan

Teknologi Pangan adalah salah satu jurusan kuliah yang belakangan ini sedang naik daun. Selain karena prospek industri teknologi memang semakin menjanjikan, juga karena industri makanan lagi ngetren. Pertumbuhan populasi dunia pun semakin tinggi, sementara zaman sekarang, jarang banget ada orang yang setiap hari makan makanan yang langsung dicomot dari kebon, alias nggak melewati proses pengolahan dulu. Nah, proses pengolahan pangan itulah bidangnya mahasiswa Teknologi Pangan.

Meskipun begitu, masih banyak orang yang sama sekali nggak paham mengenai hal-hal umum seputar jurusan Teknologi Pangan. Bahkan singkatan jurusannya aja disalah artikan! Capede.

Jadi, kalau kamu yang tertarik dengan salah satu jurusan Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian ini, pahami, deh, empat miskonsepsi mengenai jurusan Teknologi Pangan berikut ini.

Miskonsepsi #1: TekPang dikira jurusan teknik!

Jurusan Teknologi Pangan

Ini dia, nih, miskonsepsi yang paling bikin mahasiswa Teknologi Pangan gregetan! Mentang-mentang akronim nama jurusannya adalah tek-something, akronim tersebut sering banget dikira singkatan dari “teknik”.

Nggak heran kalau setiap kali ditanya jurusan kuliahnya, mahasiswa Teknologi Pangan selalu menyebutkan nama jurusannya dengan lengkap, supaya nggak ada yang salah paham. Agak ribet, sih, tapi mau gimana lagi, sob. Daripada nanti dianggap PHP?

Lho? Kok PHP?

Iya, PHP. Bayangkan kalau kamu ada dalam situasi berikut ini.

Kamu: Btw, lo kuliah jurusan apa?

Anak Tekpang: Jurusan TekPang, nih.

Kamu: *dengan mata berbinar penuh kekaguman* Wah, anak Teknik dong, ya?

Anak Tekpang: Hah? Bukan, bukan... TekPang, tuh, maksudnya Teknologi Pangan!

Kamu: ...Oh.

Yaaaaaah, kiciwa bingit, deh!

Miskonsepsi #2: TekPang dikira bagian dari jurusan Gizi

Jurusan Teknologi Pangan

Secara umum, hal yang dipelajari mahasiswa jurusan Teknologi Pangan adalah cara menerapkan teknologi dan ilmu pengetahuan di industri bahan pangan—khususnya pasca panen—guna memperoleh manfaat seoptimal mungkin, sekaligus meningkatkan nilai guna dari pangan tersebut.

Berarti, jurusan Teknologi Pangan bukan bagian dari jurusan Gizi. In fact, kedua jurusan ini beda banget, lho. Meskipun bidang studinya sama-sama nyerempet soal pangan, jurusan Teknologi Pangan lebih fokus kepada proses pengolahannya, sementara jurusan Gizi lebih fokus kepada sumber dan konsumsinya.

Selain itu, seperti yang tadi sudah disebutkan, jurusan Teknik Pangan adalah bagian dari Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian, sedangkan jurusan Gizi biasanya berada di bawah Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, atau Fakultas Ekologi Manusia—tergantung universitasnya.

Tuh, fakultasnya aja udah beda. Masih berani bilang kalau Teknologi Pangan bagian dari jurusan Gizi? *gulung lengan baju*

Miskonsepsi #3: Kegiatan mahasiswa TekPang dikira hanya masak-masak

Jurusan Teknologi Pangan

Meskipun nama jurusannya punya embel-embel “olah pangan”, jangan kira kegiatan mahasiswa Teknologi Pangan cuma masak-masak keren ala Masterchef. Itu mah kerjaannya mahasiswa jurusan Tata Boga!

Tugas utama mahasiswa Teknologi Pangan adalah mempelajari teknologi pengolahan bahan pangan, agar hasil akhirnya memiliki nilai guna yang lebih tinggi. Spesialisasinya banyak, sob! Ada pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.

Sebagai contoh, meskipun susu memiliki gizi tinggi, kamu nggak bisa seenak jidat minum susu yang belum diproses. Sebelum bisa dikonsumsi, susu harus terlebih dahulu melewati teknologi pasteurisasi yang dapat membunuh bakteri dan mikroba jahat, tanpa merusak nilai gizi ataupun mengubah sifat fisik susu. Nah, teknologi seperti itulah yang dipelajari oleh mahasiswa Teknologi Pangan. Jadi, bakteri dalam susu nggak bisa dibunuh dengan cara dihangatkan di kompor doang ya, gaes! Hihihi.

Miskonsepsi #4: Jenjang karirnya hanya mentok di level quality control

Jurusan Teknologi Pangan

Setiap mahasiswa sebenarnya punya insecurities terhadap jurusan pilihan mereka, apalagi terhadap pilihan karier setelah lulus nanti. Bahasan sensitif, nih, gaes! Nggak terkecuali mahasiswa jurusan Teknologi Pangan, karena konon katanya, pas kerja nanti, lulusan Teknologi Pangan bakal susah mencapai posisi atas.

Memang, ada banyak lulusan Teknologi Pangan yang jenjang kariernya mentok di level quality control. Tetapi sebenarnya, jenjang karier lulusan Teknologi Pangan nggak terbatas. Kalau kamu konsisten dan bekerja keras, kamu bisa banget jadi project manager di perusahaan tempat kamu bekerja. Atau, kalau kamu mengejar posisi yang lebih tinggi lagi, kamu bisa berkecimpung dalam proyek pengembangan suatu produk, lalu menjadi Chief Technical Officer yang memegang “resep rahasia” produk tersebut. Cihuy!

Kalau kamu nggak mau bekerja di industri pengolahan pangan, kamu bisa memperdalam ilmu Teknologi Pangan kamu—misalnya, dengan lanjut kuliah sampai S2 bahkan S3—lalu bekerja sebagai akademisi atau peneliti. Sementara kalau kamu punya jiwa pebisnis, nantinya kamu bisa coba membuka usaha mandiri dengan eksportir atau importir pangan berkualitas. Menang banyaaaak!

(sumber gambar: nutritionsecrets.com, forcailini.blogspot.com, haikudeck.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
User Test | 2 bulan yang lalu

For other uses, see Smiley (disambiguation). Several terms redirect here. For other uses, see Smiley Face (disambiguation) and Happy face (disambiguation). Example of a smiley face An example of an emoticon smiley face (represented using a colon followed by a parenthesis)…

7 Cara Mengetahui Karakter Seseorang yang Sebenarnya dan Sisi Tersembunyi Mereka
User Test | 2 bulan yang lalu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Wajah smiley Smiley (terkadang disebut wajah bahagia atau wajah tersenyum) adalah sebuah representasi khas dari wajah humanoid tersenyum yang merupakan sebuah bagian dari budaya populer di seluruh dunia. Bentuk klasiknya yang dirancang oleh…

5 Trik Gampang Untuk Lebih Berhemat di Mall
John Doe Siap Sekolah | 2 bulan yang lalu

Komentar yang membangun untuk artikel biasanya fokus pada memberikan umpan balik yang positif dan spesifik, serta saran yang dapat membantu penulis meningkatkan kualitas artikelnya. Komentar ini juga harus sopan, konstruktif, dan berfokus pada perbaikan, bukan pada kritik yang merusak. Contoh Komentar…

Kehidupan Sehari-Hari Anak Kostan VS Anak Rumahan
Syahrul Fahmi | 2 bulan yang lalu

Anda tidak dapat mengubah setelan komentar jika: https://support.google.com/youtube/answer/9482556?hl=id Audiens channel atau video ditetapkan sebagai “Dibuat untuk Anak-Anak”. Komentar dinonaktifkan di video yang ditetapkan sebagai Dibuat untuk Anak-Anak. Video disetel ke pribadi. Jika Anda ingin…

Siapa Sangka Sumpit Punya Sejarah, Filosofi, Fungsi, dan Tata Pemakaian yang Seru?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2025 PT Manual Muda Indonesia ©