Stereotipe Serta Kebiasaan Gen Z dan Milenial yang Perlu Kamu Tinggalkan

Tiap generasi termasuk si anak zaman sekarang a.k.a gen Z dan milenial punya berbagai karakter dan sikap menonjol. Hal inilah yang kemudian menjadi stereotipe. Ada stereotipe yang positif, dan sayangnya ada pula yang negatif.

Jangan sampai karakter dan kebiasaan negatif yang sering diasosiasikan dengan gen Z atau milenial berikut ini melekat pada dirimu:  

1. Punya buanyaaaak teman…. di medsos.

 Ayo dong, kamu juga perlu berinteraksi dan bergaul di dunia nyata.

2. Attach banget sama gadget, sampai nggak peduli dengan situasi, kondisi, dan orang lain.

Oke, gadget dan teknologi nggak terpisahkan dari keseharian, dan memudahkan hidup. Apalagi bagi generasi Z (kelahiran  akhir akhir 90an-2010), yang mungkin dari orok udah pegang hape.

Tapi bukan berarti bisa seenaknya aja mengutak-atik gadget kapan dan di mana saja. Tahan diri untuk nggak mainan gadget , dan fokuskan perhatian saat:

- Orang lain sedang berbicara dengan kamu, terutama pembicaraan yang agak formal, seperti soal pekerjaan, sekolah, kuliah, atau tugas di organisasi.

- Sedang rapat.

- Kegiatan belajar mengajar di kelas.

- Teman lagi curhat masalah penting.

- Ngumpul dan reuni sama teman-teman.

- Beribadah/kegiatan spiritual.

3. Kasar dalam berbicara dan terbiasa mengeluarkan sumpah serapah.

Menurut situs inc.com, satu hal yang paling menyebalkan dari generasi milenial adalah kebiasaan berbicara kasar plus menyumpah.

Mungkin kamu berpikir itu adalah bentuk ekspresi dan dirimu apa adanya. Tapi, itu GANGGU, lho! Lagipula, kebiasaan berbicara kasar bisa terbawa ke dunia profesional.

Bayangin, kalau pas kerjaan lagi tegang, kamu kelepasan mengeluarkan kata-kata “mutiara”. Rekan kerja bakalan risih dan suasana pun bisa makin panas. Belum lagi kalau didengar bos dan klien. DOR!

4. Narsis.

Mungkin karena media eksistensi diri (baca: medsos) sudah jadi bagian penting di kehidupan anak muda, maka godaan mengekspos diri juga nggak terelakkan.

Narsis di medsos dengan bombardir foto diri sendiri merupakan salah satu ciri yang sering dikaitkan dengan sifat narsis. Sebenarnya, ini hak pribadi sih, ya. Cuma sebaiknya dibatasi, dari segi jumlah dan hal yang ditampilkan.

Intinya, orang lain nggak perlu tahu informasi yang terlalu pribadi tentangmu.  Mereka pun (mungkin) bakal terganggu kalau lihat muka kamu lebih dari minum obat (3 kali) dalam sehari.

Di sisi lain, cara mengatasi narsis adalah dengan melatih kepedulian terhadap orang lain dan masyarakat. Bisa dimulai dengan mencari tahu isu sosial dan keadaan orang di sekitarmu.

Lebih oke lagi kalau coba ikutan kegiatan kemanusiaan. Mata, pikiran, dan hati kamu pun akan lebih terbuka.

5. Malas baca.

“Ah, gue sering baca kok! Baca status di medsos, sama baca pikiran gebetan.” #eaaaak

Sob, kapan terakhir kali baca buku? Koran? Website berisi artikel berita dan pengetahuan? Sayang banget sih, kalau anak muda jadi generasi yang malas baca.

Di sisi lain, banyak banget distraksi dan kesibukan yang menjauhkan kamu dari bacaan. Seperti game, Youtube, medsos, Netflix, dan lainnya. Alhasil anak muda disebut-sebut memiliki short attention span, alias nggak bisa fokus, gaes!

Solusinya, “paksa” diri kamu untuk membaca. Misalnya, wajib baca artikel dan berita setiap hari. Trus, menyempatkan diri baca buku/e-book tiap sebelum tidur atau di akhir pekan.

Baca juga:

(sumber gambar: inovagreek.com)

 

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
User Test | 2 bulan yang lalu

For other uses, see Smiley (disambiguation). Several terms redirect here. For other uses, see Smiley Face (disambiguation) and Happy face (disambiguation). Example of a smiley face An example of an emoticon smiley face (represented using a colon followed by a parenthesis)…

7 Cara Mengetahui Karakter Seseorang yang Sebenarnya dan Sisi Tersembunyi Mereka
User Test | 2 bulan yang lalu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Wajah smiley Smiley (terkadang disebut wajah bahagia atau wajah tersenyum) adalah sebuah representasi khas dari wajah humanoid tersenyum yang merupakan sebuah bagian dari budaya populer di seluruh dunia. Bentuk klasiknya yang dirancang oleh…

5 Trik Gampang Untuk Lebih Berhemat di Mall
John Doe Siap Sekolah | 2 bulan yang lalu

Komentar yang membangun untuk artikel biasanya fokus pada memberikan umpan balik yang positif dan spesifik, serta saran yang dapat membantu penulis meningkatkan kualitas artikelnya. Komentar ini juga harus sopan, konstruktif, dan berfokus pada perbaikan, bukan pada kritik yang merusak. Contoh Komentar…

Kehidupan Sehari-Hari Anak Kostan VS Anak Rumahan
Syahrul Fahmi | 2 bulan yang lalu

Anda tidak dapat mengubah setelan komentar jika: https://support.google.com/youtube/answer/9482556?hl=id Audiens channel atau video ditetapkan sebagai “Dibuat untuk Anak-Anak”. Komentar dinonaktifkan di video yang ditetapkan sebagai Dibuat untuk Anak-Anak. Video disetel ke pribadi. Jika Anda ingin…

Siapa Sangka Sumpit Punya Sejarah, Filosofi, Fungsi, dan Tata Pemakaian yang Seru?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2025 PT Manual Muda Indonesia ©