Terjadi Ketidakseimbangan Antara Lulusan SMK dan Kebutuhan Tenaga Kerja di Bidang Industri Tertentu. Kenapa Hal Ini Bisa Terjadi?
- Oct 21, 2016
-
Dian Ismarani
Ketidaseimbangan jumlah lulusan SMK dan kebutuhan tenaga kerja di bidang industri tertentu masih jomplang banget nih, gaes. Lulusan SMK bidang kelautan dan perikanan tahun 2016, misalnya, hanya berjumlah 17.249 orang. Sementara kebutuhan tenaga kerja untuk bidang tersebut mencapai 3.364.297.
Menurut Koran Kompas, kesenjangan juga terlihat di bidang agribisnis dan agriteknologi. Berdasarkan Data Pokok Pendidikan bulan Oktober 2016, kebutuhan tenaga kerja level SMK di bidang tersebut sebanyak 445.792 orang, sedangkan lulusan SMK yang tersedia cuma 52.319 orang. Peluang kebutuhan tenaga kerja di bidang pariwisata tercatat 707.600 orang. Tetapi pada 2016 jumlah lulusan SMK di bidang ini cuma 82.171 orang.
Nah, sebaliknya untuk bidang bisnis dan manajemen. Peluang kebutuhan tenaga kerja di bidang ini cuma 119.255 tapi lulusannya mencapai 349.954 orang.
Sayang banget, kan? Banyak jurusan SMK yang nggak populer dan akhirnya menghasilkan sedikit lulusan. Kalau menurut saya, ini terjadi karena informasi yang disampaikan masih kurang banget. Misalnya, gimana anak-anak muda mau memilih jurusan SMK di bidang agribisnis dan agriteknologi kalau mereka nggak tahu jurusan itu kegiatannya ngapain aja dan kurikulumnya gimana.
Kalau kamu baca artikel Youthmanual yang ini, kamu pasti tahu pemerintah berencana untuk memperbanyak jumlah SMK di Indonesia. Menurut praktisi pendidikan Bapak E.Baskoro Poedjinoegroho, perkembangan SMK yang tanpa arah bisa terjadi karena bangsa Indonesia pengen secepat mungkin menjawab masalah kebutuhan semata. Tapi alasan mendasar kenapa kita harus membangun lebih banyak SMK nggak pernah dipikirkan lebih dalam.
Karena kalau cuma ingin mengurangi pengangguran dan membentuk anak muda yang punya daya saing, harusnya bukan membuka lebih banyak SMk, tapi memperbaiki kualitasnya.
Terbukti nih, gaes, jumlah pengangguran SMK dari tahun ke tahun justru makin meningkat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada Februari 2015tingkat pengangguran SMK mencapai 1.2 juta orang. Lalu Februari 2016, jumlahnya meningkat menjadi 1.35 juta orang.
Pak Marlock, Koordinator Lapangan Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia, bilang, memajukan SMK bukan berarti menambah jumlah sekolah yang ada tapi meningkatkan mutu. Mulai dari mutu guru, sarana dan prasana hingga membantu siswa terserap ke industri yang tepat.
Saya juga sempat bertanya ke salah satu murid SMK Bisnis dan Manajemen di Bogor. Maria Ernanda adalah murid SMK jurusan Akuntansi. Maria bilang karena ia harus masuk SMK, ia memilih jurusan yang setidaknya nggak mengharuskan dia menjadi pekerja lapangan ketika lulus nanti.
“Kalau aku ambil jurusan ini, paling nggak aku bisa jadi staf admin di perusahaan tertentu. Kalau jurusan lain kayaknya aku harus menjadi pekerja lapangan atau teknis. Aku berharap meskipun aku cuma lulusan SMK, aku bisa kerja di belakang meja,” begitu kata Maria.
Persepsi ini juga yang harus diluruskan di kalangan pelajar SMK. Memberi pengetahuan yang tepat tentang kesempatan kerja memang jadi PR pemerintah banget ya, gaes.
Tabel Perbandingan Antara Lulusan SMK dan Tenaga Kerja
|
---|
(Sumber gambar: altacollege.com, m-edukasi.net.id, onlinetradeschool.net, kompas)

Kategori

Coba comment
5 Trik Gampang Untuk Lebih Berhemat di MallFor other uses, see Smiley (disambiguation). Several terms redirect here. For other uses, see Smiley Face (disambiguation) and Happy face (disambiguation). Example of a smiley face An example of an emoticon smiley face (represented using a colon followed by a parenthesis)…
7 Cara Mengetahui Karakter Seseorang yang Sebenarnya dan Sisi Tersembunyi MerekaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Wajah smiley Smiley (terkadang disebut wajah bahagia atau wajah tersenyum) adalah sebuah representasi khas dari wajah humanoid tersenyum yang merupakan sebuah bagian dari budaya populer di seluruh dunia. Bentuk klasiknya yang dirancang oleh…
5 Trik Gampang Untuk Lebih Berhemat di MallKomentar yang membangun untuk artikel biasanya fokus pada memberikan umpan balik yang positif dan spesifik, serta saran yang dapat membantu penulis meningkatkan kualitas artikelnya. Komentar ini juga harus sopan, konstruktif, dan berfokus pada perbaikan, bukan pada kritik yang merusak. Contoh Komentar…
Kehidupan Sehari-Hari Anak Kostan VS Anak RumahanAnda tidak dapat mengubah setelan komentar jika: https://support.google.com/youtube/answer/9482556?hl=id Audiens channel atau video ditetapkan sebagai “Dibuat untuk Anak-Anak”. Komentar dinonaktifkan di video yang ditetapkan sebagai Dibuat untuk Anak-Anak. Video disetel ke pribadi. Jika Anda ingin…
Siapa Sangka Sumpit Punya Sejarah, Filosofi, Fungsi, dan Tata Pemakaian yang Seru?