Sustainable Development Solutions Network (SDSN) dan The Earth Institute at Columbia University melaporkan bahwa Denmark telah mengambil posisi Swiss sebagai negara paling bahagia di dunia.

Pertanyaan saya, kira-kira data ini bikin negara lain semangat untuk memperbaiki tingkat kebahagiaan masyarakatnya nggak, ya? Semoga, deh!

Berikut infografiknya, gaes.

Laporan ini berdasarkan apa, sih?

Laporan ini menilai tingkat kebahagiaan 157 negara berdasarkan:

• Pendapatan perkapita atau gross domestic product (GDP)
• Tingkat kesehatan dan harapan hidup.
• Tingkat korupsi pemerintahan dan bisnis.

Poin terakhir tadi penting, lho! Soalnya negara yang masyarakatnya terus-terusan kemaruk mengejar keuntungan pribadi aja bakal membahayakan hajat hidup orang banyak. Setuju!

Professor Jeffrey Sachs, Kepala SDSN yang juga penasihat Sekjen PBB Ban Ki-Moon bilang, Amerika Serikat adalah satu negara kaya (dan terus bertambah kaya) dalam 50 tahun terakhir. Tapi bukan berarti Amerika jadi negara paling bahagia di dunia. Costa Rica malah bukan negara yang kaya raya, tapi dia justru ada di posisi 14, mengungguli banyak negara maju lainnya.

Kesimpulannya, masyarakat yang selalu mengejar uang, nggak berarti selalu bahagia. 

Irlandia, Islandia, dan Jepang berhasil mempertahankan level kebahagiaan masyarakatnya meskipun sempat dilanda beberapa musibah, seperti krisis ekonomi 2007 dan gempa bumi 2011. Kok bisa? Katanya, karena solidaritas dan dukungan sosial negara-negara tersebut  dinilai sudah stabil.

Laporan ini juga menunjukkan Madagaskar, Tanzania, Liberia, Guinea, Rwanda, Benin, Afganistan, Togo, Suriah, dan Burundi adalah 10 negara paling nggak bahagia di dunia. Penyebabnya bukan hanya perang, tetapi juga kesejahteraan dan lingkungan negaranya yang kurang memadai. Hiks!

Indonesia kira-kira di peringkat ke berapa ya?

(sumber foto: Youtube.com, curiousity.com)